Jakarta, CNBC Indonesia – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengungkapkan proyek refinery development master plan (RDMP) Balikpapan terus berkembang. Bahkan, pada bulan Februari, progres proyek ini telah mencapai 82%.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman menargetkan proyek peningkatan kapasitas kilang dari 260 ribu barel per hari (bph) menjadi 360 ribu bph dapat selesai pada bulan April. Dengan demikian, diharapkan produksi tambahan akan dimulai pada bulan Mei 2024.
“Iya Insya Allah nanti di akhir April ini selesai, sehingga mulai bulan Mei kita bisa mulai ada tambahan produksi,” kata dia dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, dikutip Kamis (21/3/2024).
Di sisi lain, beberapa unit pabrik di Kilang Balikpapan akan dimatikan secara bertahap selama 58 hari ke depan. Hal ini dilakukan dalam rangka menyambungkan kilang eksisting dengan kilang baru.
Taufik menjelaskan bahwa saat ini mereka sedang melakukan proses Turn Around (TA)-Plant Stop Revamp kilang Balikpapan. Selama proses ini berlangsung, operasional kilang akan dihentikan.
“Kami di kilang sedang melakukan Plant Stop Revamp di Balikpapan. Yang pertama tentunya untuk melakukan tie-in dari RDMP Balikpapan sehingga nanti diharapkan setelah 58 hari ke depan kita akan mendapatkan tambahan kapasitas,” kata dia.
Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan ini merupakan proyek ekspansi dari kilang minyak Balikpapan yang sudah beroperasi. Jika proyek RDMP Balikpapan selesai, kilang ini akan menjadi kilang minyak terbesar di Indonesia karena kapasitasnya akan melampaui Kilang Cilacap, kilang terbesar saat ini.
Saat ini, Kilang Cilacap memiliki kapasitas pengolahan 345 ribu barel minyak per hari. Sementara nantinya, Kilang Balikpapan akan dapat mengolah minyak mentah sebanyak 360 ribu bph, meningkat dari kapasitas saat ini sebesar 260 ribu bph.
Dari kapasitas pengolahan minyak mentah tersebut, kilang ini akan memproduksi 319 ribu barel Bahan Bakar Minyak (BBM) per hari, produk Liquefied Petroleum Gas (LPG), dan juga petrokimia seperti propylene yang digunakan sebagai bahan baku plastik.
Selain peningkatan kapasitas kilang minyak, proyek senilai US$ 7,2 miliar atau sekitar Rp 108 triliun juga akan meningkatkan kualitas BBM setara standar Euro 5.