Keadaan di Timur Tengah semakin memanas. Kelompok bersenjata Syiah yang didukung Iran di Irak telah meningkatkan serangan roket dan rudal terhadap Israel dalam beberapa minggu terakhir. Serangan tersebut, yang sering kali dilakukan dari jarak ratusan mil, biasanya tidak dianggap sebagai ancaman serius oleh pejabat Barat dan pakar Israel seperti serangan langsung oleh Hamas dan Hizbullah ke Israel.
Meskipun demikian, serangan tersebut telah meningkat dalam jumlah dan kemajuannya. Menurut pejabat Amerika Serikat (AS) dan pernyataan publik oleh militer Israel, setidaknya dua rudal telah mencapai target mereka dan banyak yang berhasil dihentikan oleh sistem pertahanan AS dan Israel.
Senjata baru seperti rudal jelajah telah digunakan secara teratur sejak Mei dan lebih sulit untuk dihancurkan oleh pertahanan udara.
Beberapa sumber yang tidak disebutkan identitasnya mengatakan serangan oleh faksi-faksi Irak, termasuk Kataib Hezbollah dan Nujaba, membuat AS semakin khawatir.
Situasi ini juga membuat gelisah beberapa pihak di Iran dan sekutu mereka, Hezbollah di Lebanon, yang telah berhati-hati dalam keterlibatannya dengan Israel untuk menghindari konflik regional yang lebih luas.
Pemerintah Irak, yang berada di tengah-tengah aliansi dengan Washington dan Teheran, secara resmi tidak menyetujui serangan tersebut namun tidak dapat atau tidak mau menghentikannya.
Irak sendiri tidak mengakui keberadaan Israel dan undang-undangnya menghukum mereka yang mencoba memperbaiki hubungan dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup. Israel sendiri melihat Irak sebagai bawahan Iran dan koridor penting untuk senjata dari Iran ke kelompok bersenjata lainnya termasuk Hizbullah.