Belanja konsumen di Jepang turun selama 13 bulan berturut-turut pada bulan Maret 2024, merupakan tantangan bagi regulator yang ingin mendorong pertumbuhan upah riil untuk kenaikan suku bunga tambahan. Data resmi yang dirilis menunjukkan pengeluaran rumah tangga turun 1,2% dibandingkan tahun sebelumnya, berlawanan dengan perkiraan ekonom dan mengikuti penurunan 0,5% di bulan Februari. Konsumsi yang lemah kemungkinan akan membuat Bank of Japan menunda kenaikan suku bunga hingga Oktober. Belanja bulanan meningkat 1,2% berdasarkan penyesuaian musiman, jauh lebih besar dari perkiraan kontraksi 0,3% di bulan Februari. Upah riil menyusut dua tahun berturut-turut, karena kenaikan biaya hidup melebihi upah nominal, kenaikan gaji terbesar terjadi di perusahaan besar dalam tiga dekade. Konsumsi mungkin mencapai titik terendah namun tren konsumen hemat tetap kuat. Konsumsi swasta pada data PDB kuartal pertama dapat menurun, menyebabkan perekonomian berkontraksi sebesar 1,2%. Lemahnya konsumsi rumah tangga menjadi kekhawatiran bagi regulator yang ingin pertumbuhan ekonomi berkelanjutan didorong oleh kenaikan upah dan belanja konsumen yang kuat. Surplus transaksi berjalan Jepang melebar menjadi 3,40 triliun yen pada bulan Maret, sedangkan pada tahun fiskal yang berakhir pada bulan Maret, surplus transaksi berjalan mencapai rekor tertinggi sebesar 25,339 triliun yen.
Bukti Terbaru: Warga Jepang Semakin Hemat Berbelanja

Read Also
Recommendation for You

Indonesia saat ini sedang aktif memperjuangkan perkembangan industri semikonduktor untuk memperkuat posisinya dalam industri teknologi…

Bank Indonesia baru-baru ini merilis hasil survei tentang sektor perbankan di Indonesia. Berdasarkan survei tersebut,…

Amerika Serikat baru-baru ini melancarkan serangan udara yang mengincar Ibu Kota Yaman, Sana’a. Serangan udara…

Pembubaran Satuan Tugas (Satgas) Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara telah dilakukan oleh Menteri…