Pasukan Israel membelot dan ‘mengibarkan bendera putih’ di Gaza. Pasukan Israel mengaku lelah dengan perang yang telah berlangsung hampir tujuh bulan. Sebanyak 30 anggota Pasukan Pendudukan Israel (IOF) membelot dan menolak invasi darat di kota Rafah, Gaza. Mereka menolak karena tidak lagi mampu melakukannya.
Pejabat Angkatan Darat Israel mengatakan bahwa mereka tidak akan memaksa personel cadangan untuk ikut serta dalam invasi. Namun, penolakan mereka menunjukkan berkurangnya pasukan cadangan setelah pertempuran berbulan-bulan. Media Channel 7 Israel melaporkan bahwa lebih dari seratus perempuan yang wajib militer di Israel menolak menjadi tentara pengintai di dekat garis pemisah dengan Gaza.
Mantan kepala Direktorat Operasi IOF Israel Ziv menyatakan penolakan terhadap serangan militer di Rafah wajar karena tidak ada rencana tata kelola pasca operasi. Invasi Rafah dianggap memiliki risiko tinggi, terutama karena Rafah adalah wilayah strategis yang sulit diperjuangkan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk melancarkan serangan ke kota Rafah di Gaza selatan. Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas bertujuan untuk membebaskan sandera, memberikan bantuan kepada masyarakat, dan mencegah serangan Israel ke Rafah.
Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan memasuki Rafah untuk menghancurkan batalion Hamas, meskipun tanpa kesepakatan. Dia juga menghadapi tekanan dari mitra pemerintahannya yang nasionalis untuk tidak melanjutkan kesepakatan yang mungkin mencegah invasi ke Rafah.