PortalBeritaAntara.live adalah portal berita online yang menyajikan informasi terkini dan terpercaya dari berbagai bidang, termasuk kriminal, olahraga, otomotif, dan politik
Berita  

Efek Memanasnya Perang di Timur Tengah terhadap Ekonomi Global

Perang antara Hamas dan Israel di Timur Tengah akan menyebabkan ketidakpastian baru terhadap perekonomian dunia. Analisis ini disampaikan oleh Dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Anggito Abimanyu. Menurutnya, IMF telah memperingatkan bahwa pemulihan ekonomi global melambat akibat pandemi Covid-19 dan serangan Rusia ke Ukraina yang membuat harga energi dan pangan tidak stabil.

Anggito menjelaskan bahwa perang antara Israel dan Hamas telah mengganggu kawasan secara keseluruhan dan mencerminkan kesulitan dalam melindungi perekonomian dari guncangan global yang semakin sering dan tidak dapat diprediksi. Para pembuat kebijakan ekonomi yang hadir dalam pertemuan tahunan IMF dan World Bank di Maroko beberapa waktu lalu masih bergulat dengan dampak ekonomi yang belum terselesaikan akibat pandemi dan perang Rusia di Ukraina. Kini mereka menghadapi krisis baru.

Perang di Timur Tengah telah menyebabkan gangguan pada perekonomian dunia dengan melonjaknya harga minyak dan pangan, mengingat peran Rusia sebagai produsen energi utama dan Ukraina sebagai pengekspor utama biji-bijian dan pupuk. Jika konflik tersebut menyebar, maka akan terjadi krisis dengan proporsi yang tidak dapat dibayangkan.

Saat ini, pasar minyak dunia sedang gelisah karena adanya dua front yang dapat mempengaruhi harga energi, yaitu konflik Rusia vs Ukraina dan konflik di Timur Tengah. Kekhawatiran utamanya adalah lonjakan harga minyak yang akan mendorong bank sentral untuk menaikkan suku bunga, yang akan berdampak negatif pada perkembangan ekonomi global.

Meskipun demikian, Pierre-Olivier Gourinchas, Chief Economist IMF menyatakan bahwa masih terlalu dini untuk menilai apakah lonjakan harga minyak akan berkelanjutan. IMF juga telah melakukan penelitian mengenai dampak kenaikan harga minyak dunia, di mana kenaikan harga minyak sebesar 10% dapat memberatkan perekonomian global dengan mengurangi produksi sebesar 0,15% dan meningkatkan inflasi sebesar 0,4% pada tahun depan.

IMF juga mempertahankan perkiraan pertumbuhan global sebesar 3% untuk tahun ini dan sedikit menurunkan perkiraan untuk tahun 2024 menjadi 2,9%. Mereka menggarisbawahi rapuhnya pemulihan ekonomi global, dengan perekonomian Eropa terjebak dalam meningkatnya ketegangan global akibat serangan Rusia ke Ukraina. Pemerintah-pemerintah Eropa berusaha untuk mengurangi ketergantungannya pada gas alam Rusia dengan mencari pemasok di Timur Tengah.

Indonesia, yang secara tegas mendukung kemerdekaan Palestina, mengutuk balas dendam Israel terhadap masyarakat sipil di Gaza. Indonesia meminta PBB untuk segera meminta gencatan senjata agar krisis ini tidak merembet ke masalah krisis dunia yang berbahaya.