Situasi di Gaza, Palestina semakin memburuk. Pengeboman terus terjadi selama lebih dari 24 jam, dari Selasa hingga Rabu (1/11/2023). Serangan baru Israel dilaporkan termasuk ke kamp pengungsi, di mana rudal Israel menghantam kamp pengungsi padat penduduk di Gaza Utara, Jabalia. Juru bicara militer Israel mengatakan serangan tersebut ditujukan kepada seorang komandan Hamas yang sangat senior di daerah tersebut.
Sementara itu, serangan Israel semakin gencar setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak seruan internasional untuk memberikan jeda kemanusiaan dalam pengiriman bantuan darurat kepada warga sipil yang menderita akibat kekurangan makanan, obat-obatan, air minum, dan bahan bakar. Netanyahu bahkan berjanji untuk melanjutkan rencana pemusnahan Hamas meski korban warga Gaza semakin banyak.
Lebih dari 50 warga Palestina dilaporkan tewas dan 150 lainnya luka-luka dalam serangan terbaru tersebut. Keadaan di Gaza semakin buruk setiap jamnya, dengan setiap keluarga memiliki anggota yang terbunuh atau terluka. Rekaman yang diperoleh menunjukkan kehancuran yang besar, dengan banyak bangunan hancur dan orang-orang berusaha mencari orang terkasih yang masih hidup atau telah meninggal.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, telah menyerukan perlindungan terhadap warga sipil yang terperangkap dalam konflik tersebut. Guterres menekankan perlunya perilaku proporsional dan tindakan pencegahan oleh semua pihak. Hukum humaniter internasional menetapkan aturan yang jelas dan tidak dapat diabaikan. Sejak 7 Oktober, lebih dari 8.000 warga Gaza telah tewas akibat serangan Israel, dengan 2.000 korban tewas adalah anak-anak.
Artikel Selanjutnya: Gawat! PBB Ungkap Air Jadi Urusan Hidup & Mati di Gaza
(sumber: CNBC Indonesia)