Rusia sedang menyiapkan persediaan senjata yang besar untuk serangan musim dingin terhadap Ukraina. Menurut Vadym Skibitskyi, perwakilan Direktorat Utama Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina, Rusia telah memproduksi 115 rudal presisi tinggi untuk memperkuat persediaan mereka selama bulan Oktober saja. Rudal-rudal tersebut mencakup Kh-101 sebanyak 40 buah, Kalibrs sebanyak 20 buah, Iskander-K sebanyak 12 buah, dan Kh-32 sebanyak sembilan buah. Selain itu, juga termasuk dalam persediaan tersebut adalah 30 rudal balistik Iskander-M dan empat rudal balistik Kinzhal yang diluncurkan dari udara.
Skibitskyi mengungkapkan bahwa Rusia berencana melakukan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina saat konsumsi listrik mencapai puncaknya selama awal cuaca dingin. Ia juga meramalkan bahwa pasukan Putin akan menghadapi kesulitan dalam mencapai hasil yang diharapkan.
Ukrainska Pravda melaporkan bahwa Rusia telah meluncurkan lebih dari 100 rudal ke Ukraina pada bulan September, namun jumlah tersebut turun menjadi 40 rudal pada bulan Oktober. Media tersebut juga mengklaim bahwa Moskow mampu memproduksi hingga 120 rudal jarak jauh setiap bulannya.
Pada bulan September, Kementerian Pertahanan Inggris telah memperingatkan bahwa Rusia sedang membentuk persediaan rudal jelajah yang diluncurkan melalui udara dalam jumlah yang signifikan. Selain itu, Rusia juga dikatakan meningkatkan produksi rudal dan mengurangi jumlah senjata sebelum musim dingin.
Selain rudal, drone juga menjadi komponen penting dalam persenjataan Rusia untuk serangan udara. Drone “kamikaze” Shahed-136 buatan Iran telah sering digunakan dalam perang, termasuk selama serangan tahun lalu terhadap infrastruktur energi Ukraina. Namun, pasokan drone tersebut dari Rusia telah berkurang karena banyak yang meledak atau dihancurkan oleh pasukan Ukraina.
Skibitskyi menambahkan bahwa Rusia baru-baru ini mulai meningkatkan produksi drone buatan dalam negeri dengan menggunakan komponen yang dipasok dari Iran. Meskipun demikian, Moskow dikatakan belum mencapai target produksi sebanyak 200 drone per bulan.
Serangan besar-besaran Rusia terhadap Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022. Putin menyatakan bahwa serangan tersebut dilakukan karena niat Ukraina untuk bergabung dengan aliansi militer Barat yang dipimpin oleh AS dan NATO, yang merupakan rival Moskow. Rusia juga bertujuan untuk menguasai wilayah Donetsk dan Luhansk yang sebelumnya dikuasai Ukraina, dengan alasan untuk melindungi masyarakat etnis Rusia dari persekusi oleh kelompok ultra nasionalis Ukraina.
Hingga saat ini, Rusia telah menguasai sekitar 18% wilayah Ukraina, termasuk Krimea yang dianeksasi pada tahun 2014. Namun, Ukraina terus berusaha untuk mendapatkan kembali wilayah yang hilang dan telah merebut beberapa desa, meskipun mereka belum berhasil membuat terobosan signifikan terhadap garis pertahanan Rusia yang dijaga ketat dan dipenuhi ranjau darat.
Ukraina telah menyatakan bahwa mereka tidak akan berhenti sampai setiap tentara Rusia diusir dari wilayah mereka. Negara-negara Barat yang mendukung Ukraina, termasuk Amerika Serikat, menyatakan niatnya untuk membantu Ukraina mengalahkan Rusia. Namun, pejabat Kremlin menganggap tujuan ini sebagai angan-angan yang tidak realistis.