PortalBeritaAntara.live adalah portal berita online yang menyajikan informasi terkini dan terpercaya dari berbagai bidang, termasuk kriminal, olahraga, otomotif, dan politik
Berita  

Eks Mendagri Inggris Suella Braverman Dikritik karena Sikapnya terhadap Palestina

Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak telah memecat Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Suella Braverman setelah tekanan publik terkait sikap Braverman yang menuduh polisi terlalu lunak terhadap pengunjuk rasa pro-Palestina.

Sunak sendiri telah mendapat tekanan yang semakin besar untuk memecat Braverman, seorang tokoh sayap kanan yang vokal, setelah banyak pihak menuduhnya meningkatkan ketegangan selama berminggu-minggu atas demonstrasi pro-Palestina yang kontroversial dan protes balasan yang terjadi di Inggris.
Braverman ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri Inggris di Departemen Dalam Negeri oleh mantan Perdana Menteri Liz Truss pada September 2022. Dia diperintahkan untuk mengundurkan diri beberapa minggu setelah menjabat karena dianggap melanggar aturan dengan mengirimkan dokumen resmi dari akun email pribadinya.

Dia diangkat kembali sebagai kepala Departemen Dalam Negeri oleh Sunak setelah dia menjadi perdana menteri. Seorang putri imigran dari Kenya dan Mauritius, ia dibesarkan di Wembley. Braverman, seorang Konservatif, ditunjuk sebagai jaksa agung oleh mantan Perdana Menteri Boris Johnson pada tahun 2020 dan juga pernah menjadi menteri Brexit, dan ia mengundurkan diri pada November 2018.
Ia memperjuangkan peraturan imigrasi yang lebih ketat, seperti rencana untuk “menghentikan kapal” – menghalangi masuknya pengungsi yang melintasi Selat Inggris. Braverman sendiri telah memicu kontroversi selama masa jabatannya. Ia mengambil sikap garis keras khususnya terhadap imigran dan sering terlibat dalam isu perang budaya yang dianggap memecah belah para pemilih.

Tokoh sayap kanan tersebut menyerang para pengkritiknya dengan menyebutnya sebagai “wokerati pemakan tahu” yang liberal tak lama setelah dia dilantik. Ia bahkan mengatakan bahwa mengirim pencari suaka ke Rwanda adalah “impian” dan “obsesinya”.
Namun posisinya makin tidak dapat dipertahankan setelah pekan lalu dia menulis artikel surat kabar yang menuduh polisi bias terhadap kelompok sayap kiri. Artikel tersebut disebut-sebut diterbitkan tanpa persetujuan Sunak.
Hal ini dituding memicu ketegangan menjelang protes akhir pekan atas perang Israel di Gaza, yang disertai dengan kekerasan oleh kelompok sayap kanan yang kontra-demonstran. Akibat artikelnya, muncul dorongan seruan agar dia dipecat dari jabatannya.