PortalBeritaAntara.live adalah portal berita online yang menyajikan informasi terkini dan terpercaya dari berbagai bidang, termasuk kriminal, olahraga, otomotif, dan politik
Berita  

Masa Depan Kilang Minyak Pertamina dengan Adanya Transisi Energi

PT Pertamina (Persero) memprediksi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di era transisi energi beberapa tahun mendatang akan melandai. Oleh sebab itu, perusahaan berencana untuk menggenjot kapasitas produksi dari produk petrokimia di seluruh unit kilang. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, pihaknya bakal meningkatkan kualitas produk dari beberapa kilang. Misalnya, Kilang Plaju, Dumai, dan Cilacap yang akan dikonversi menjadi kilang bahan bakar hijau alias green refinery. “Dan petrochemical ini akan kita tingkatkan kapasitasnya. Nantinya demand BBM kita prediksi akan turun, sehingga petrokimia produk ini akan meningkat 2 kali lipat,” ungkap Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, dikutip Kamis (23/11/2023). Di sisi lain, Nicke tak menampik bahwa Indonesia masih menyimpan potensi minyak dan gas bumi (migas) yang cukup besar untuk dikembangkan. Karena itu, selain menggenjot pengembangan green refinery, pihaknya juga akan mengembangkan hilirisasi gas. “Indonesia dengan oil and gas reserve-nya cukup besar, maka potensinya meningkatkan hilirisasi dari gas. Jadi produk turunan dari gas, maka kita harus mengeksplor turunan dari oil and juga gas. Itu secara garis besar,” tambahnya. Seperti diketahui, kini Pertamina tengah membangun beberapa kilang, Antara lain kilang minyak baru Tuban, Jawa Timur, bersama perusahaan asal Rusia, Rosneft, dan juga beberapa proyek ekspansi kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP).Bila proyek tersebut tuntas dibangun, maka kapasitas pengolahan minyak mentah Pertamina akan naik menjadi 1,4 juta barel per hari (bph) dari saat ini 1 juta bph. Dua mega proyek kilang minyak telah dituntaskan perseroan pada 2022 lalu, yakni RDMP Balongan di Indramayu, Jawa Barat dan Kilang Hijau (Green Refinery) Cilacap Fase 1 di Jawa Tengah. Sementara Green Refinery Cilacap Fase 1, telah memproduksi 3.000 barel per hari (bph) Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau sejenis diesel. Lalu, proyek kilang hijau ini juga telah memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau avtur dengan campuran minyak sawit 2,4% dengan kapasitas 9.000 bph. Produk SAF ini telah diuji coba terbang pada maskapai CN 235 yang dioperasikan PT Dirgantara Indonesia. Selain kedua mega proyek tersebut, kini Pertamina juga tengah membangun 4 RDMP dan 1 kilang minyak baru, yakni RDMP Balikpapan, Lawe-Lawe Balikpapan, RDMP Plaju, Dumai, dan Cilacap dan kilang baru di Tuban, Jawa Timur.Beberapa proyek kilang yang masih dalam proses pembangunan:1. RDMP BalikpapanKapasitas pengolahan dari 260 ribu bph, ditargetkan naik menjadi 360 ribu bph. Standar kualitas produk Euro V dari saat ini Euro II. Saat ini masih proses EPC.2. Terminal Lawe-Lawe BalikpapanKapasitas tarik minyak mentah 2×1 juta barel, SPM +SPL Proses EPC.3. RDMP Plaju, Dumai, CilacapPeningkatan daya saing kilang. Masih tahap engineering atau rekayasa teknis.4. Kilang (Grass Root Refinery/GRR) TubanTarget kapasitas mengolah 300 ribu bph minyak mentah. Kilang baru terintegrasi petrokimia. Masih dalam tahap pelebaran jalan untuk infrastruktur dan lahan kilang, dan pengusulan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tuban. Proyek kerja sama Pertamina dengan Rosneft, perusahaan asal Rusia.