Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Gulat ME Manurung mengatakan, keberadaan Bursa CPO (crude palm oil) Indonesia memberi harapan baru bagi masa depan dan gairah harga tandan buah segar (TBS) petani sawit di Tanah Air.
Menurut Gulat, secara rata-rata harga CPO di Bursa CPO Indonesia jauh di atas hasil tender CPO KPBN (grafik) dan sedikit di bawah Malaysia.
“Ini merupakan tren positif. Per tanggal 16 November 2023, peserta bursa sudah cukup lumayan pesertanya, mencapai 20 korporasi dan 11 korporasi lagi sedang proses administrasi menjadi peserta tetap,” kata Gulat dalam Special Dialogue CNBC Indonesia, ‘Menata Masa Depan Kelapa Sawit Indonesia’ di Jakarta, Kamis (16/11/2023).
Gulat menuturkan, sejak diluncurkan pada 13 Oktober 2023 dan mulai transaksi perdana pada 20 Oktober 2023, Bursa CPO Indonesia menunjukkan kinerja positif.
“Kemajuan ini di atas ekspektasi kami petani sawit. Transparansi, keakuratan, tidak ribet, akuntabilitas dan tepat waktu adalah kata kuncinya. Saya melihat Bursa CPO Indonesia sudah mewakili kelimanya meskipun harus tetap dievaluasi untuk penyempurnaan,” katanya.
“Ternyata korporasi sawit, produsen dan buyer CPO sangat antusias dan percaya dengan bursa Indonesia, ini poin permulaan yang cukup baik. Terima kasih kepada korporasi sawit yang sudah merah-putih,” tambahnya.
Gulat menjabarkan, produksi CPO Indonesia pada tahun 2022 tercatat sebesar 46,73 juta ton dengan nilai ekspor mencapai US$29,62 miliar.
“Namun berdasarkan rekam jejak ekspor kita, CPO yang diekspor sudah hanya tinggal 3,5% saja, sisanya sudah dalam bentuk produk olahan (turunan). Banyak rekan-rekan petani bertanya, jika hanya tinggal 3,58% saja, lalu seberpengaruh apa bursa tersebut?” ujarnya.
“Bursa CPO itu tidak hanya terkait ke ekspor CPO, tetapi rohnya adalah terbentuknya price reference dari CPO itu sendiri. Dengan harga CPO berstandar bursa maka harga yang didapat petani adalah harga global bukan domestik,” tutur Gulat.
Dengan begitu, kata dia, petani sawit akan sangat diuntungkan karena harga CPO di Bursa CPO Indonesia akan terkoneksi langsung ke bahan bakunya yaitu TBS petani.
“Semua akan terkerek naik (multiplyer effect) karena semua bahan baku yang berasal dari CPO akan berkiblat ke bursa CPO Indonesia dan itulah yang kita selalu sebut-sebut price reference,” terangnya.
“Kami petani sawit yang mengelola 6,87 juta hektare (ha) dari total perkebunan sawit Indonesia 16,38 juta hektare sudah ‘capek’ hanya numpang bengkaknya saja,” cetusnya.
Bursa CPO Indonesia, ujar Gulat, membuat kondisi menjadi bergairah.
“Dan tentu saatnya dengan dukungan regulasi pemerintah kami akan segera hijrah ke hilir dan bursa ini pintu masuknya,” kata Gulat.
“Tanpa bursa CPO yang mengglobal, petani sawit jangan pernah berharap harga TBS kita standar global. Kini saatnya Indonesia jadi elang sungguhan dalam kancah sawit dunia,” pungkasnya.
Artikel Selanjutnya
Fixed! 17 Juta Petani Sawit RI Dukung Capres Ini
(dce/dce)
Petani Sawit Indonesia Bahagia dengan Kinerja Bursa CPO Indonesia
