Amerika Serikat (AS) telah menempatkan Rudal Typhon di Filipina pada awal tahun ini. Langkah ini dianggap sangat penting bagi Washington.
Mayor Jenderal Marcus Evans, seorang jenderal senior AS, dalam wawancara di Manila pada Senin (21/10/2024) menyatakan bahwa sistem rudal Typhon memungkinkan pasukan AS dan Filipina untuk melakukan latihan bersama pada bulan April.
Evans, yang merupakan komandan jenderal Divisi Infanteri ke-25 dari Hawaii, juga menyebutkan bahwa rudal tersebut disiapkan untuk penggunaan persenjataan berat canggih di masa depan di kepulauan tersebut. Menurutnya, kerja sama ini memberikan kesempatan untuk memahami cara memanfaatkan kemampuan rudal tersebut dalam lingkungan yang unik di wilayah tersebut.
Rudal Typhon dianggap sebagai bagian penting dari kerja sama militer di kawasan Indo-Pasifik, terutama dengan meningkatnya ketegangan dengan China. Panglima militer Filipina, Jenderal Romeo Brawner Jr., bahkan menyatakan keinginannya agar sistem rudal tersebut tetap berada di Filipina untuk waktu yang tidak ditentukan, meskipun ada keberatan dari China. Sistem ini mampu menembakkan Rudal Standar-6 (SM-6) jarak menengah dan Rudal Serang Darat Tomahawk.
Kehadiran Rudal Typhon ini terkait dengan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA) antara AS dan Filipina yang ditandatangani pada tahun 2014. EDCA memungkinkan pasukan AS untuk mengakses pangkalan militer Filipina secara bergiliran.
China telah menekan Filipina dalam meningkatkan pertahanannya karena sengketa teritorial di Laut Cina Selatan. Kedua militer sering terlibat dalam bentrokan kecil akibat klaim teritorial yang bertumpang tindih.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menilai keberadaan rudal AS di kawasan tersebut dapat mengganggu perdamaian dan meningkatkan ketegangan. Namun, Evans menunjukkan bahwa kerja sama militer antara AS dan Filipina akan terus meningkat melalui latihan gabungan seperti latihan Salaknib yang akan menampilkan teknologi canggih AS, yang dijadwalkan tahun depan.
Evans juga mengungkapkan rencana untuk membawa peralatan baru ke Filipina guna melakukan latihan bersama rekan satu tim tentara Filipina. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan tempur dan memperluas cakupan kerja sama militer antara kedua negara.
Kerjasama ini diharapkan dapat meningkatkan pertahanan dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik, terutama di tengah ketegangan yang semakin meningkat dengan China.