Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia saat ini tengah mengalami tekanan yang signifikan. Dari banjirnya barang impor yang tak terkendali hingga rendahnya daya saing, banyak pabrik TPT tampaknya kesulitan bertahan. Menurut Farhan Aqil, Sekretaris Jenderal APSyFI, lebih dari sepuluh perusahaan TPT kini berada dalam situasi kritis dan terancam tutup, jauh lebih banyak ketimbang yang diberitakan sebelumnya.
Dalam situasi ini, pasar domestik yang selama ini menjadi andalan industri tekstil juga terasa sulit dipertahankan karena serbuan produk impor. Banyak pabrik TPT terpaksa harus mencari pasar di luar negeri dengan berfokus pada ekspor, meskipun solusi ini dianggap hanya bersifat sementara. Kendati begitu, Farhan mendorong perlunya pengendalian impor tekstil guna melindungi industri dalam negeri dari kerugian yang lebih besar.
Krisis ini juga membawa dampak buruk pada tingginya tingkat PHK di sektor TPT. Data APSyFI mengungkapkan bahwa jumlah pekerja TPT yang kehilangan pekerjaan terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan jumlah PHK mencapai angka yang mengejutkan. Meskipun pemerintah mengaku telah menciptakan lapangan kerja baru, Farhan memandang situasi tersebut sebagai kesempatan bagi industri TPT untuk mendapatkan tenaga kerja yang lebih profesional dan berpengalaman dalam menghadapi tantangan di masa depan.