Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan untuk mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia, hal ini terjadi dalam konteks diskusi antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Isu ini belum diputuskan oleh Trump dan hal itu menjadi topik diskusi yang digembar-gemborkan oleh berbagai pihak. Meskipun begitu, Gedung Putih menegaskan bahwa tidak ada kesepakatan atau perundingan resmi mengenai keputusan tersebut. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mengakhiri konflik dan mencari solusi damai.
Krimea, sebuah wilayah yang mayoritas dihuni oleh etnis Rusia, memilih untuk bergabung dengan Rusia pada tahun 2014 setelah perubahan kekuasaan di Ukraina. Meski demikian, PBB masih mengakui Krimea sebagai bagian dari Ukraina. Menurut laporan jurnalis Pulitzer Seymour Hersh, Trump tertarik untuk membangun kerjasama ekonomi dengan Rusia dengan harapan mencabut sanksi yang telah diberlakukan sejak tahun 2014. Tujuan lainnya adalah menjadikan Krimea sebagai destinasi wisata internasional.
Berdasarkan laporan Hersh, Trump memiliki minat pada aset energi dan sumber daya alam Rusia, termasuk minyak, gas, dan logam tanah jarang. Kebijakan luar negeri Trump terkait Moskow terbilang berbeda dari pendahulunya, Joe Biden. Sejak menjabat, Trump telah melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan dengan Rusia. Diskusi antara Trump dan Putin juga mencakup gencatan senjata di Ukraina. Pembicaraan tersebut terkesan mengarah pada pemulihan hubungan diplomatik antara AS dan Rusia setelah konflik Ukraina selesai.
![](https://portalberitaantara.live/wp-content/uploads/2025/04/penyelesaian-bandara-vvip-ikn-berjalan-sesuai-rencana-sebagai-bagian-dari-upaya-pemerintah-dalam-mem.jpeg; charset="utf-8"-250x140.jpeg; charset="utf-8")
![](https://portalberitaantara.live/wp-content/uploads/2025/04/penyelesaian-bandara-vvip-ikn-berjalan-sesuai-rencana-sebagai-bagian-dari-upaya-pemerintah-dalam-mem.jpeg; charset="utf-8"-400x225.jpeg; charset="utf-8")
