Pemerintah Amerika Serikat membantah laporan tentang pemindahan uranium yang diperkaya oleh Iran sebelum fasilitas nuklirnya diserang oleh AS. Ketegangan antara kedua negara semakin meningkat karena perdebatan mengenai dampak serangan terhadap program nuklir Iran. Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan bahwa AS tidak memiliki indikasi adanya pemindahan uranium sebelum serangan dilakukan. Laporan CNN sebelumnya menyebutkan bahwa Iran mungkin telah memindahkan sejumlah uranium yang diperkaya hingga 60% ke lokasi yang tidak diketahui. Presiden Donald Trump menyangkal laporan tersebut dan menyebutnya sebagai “berita palsu”. Militer AS mengklaim telah menghancurkan sejumlah fasilitas nuklir Iran dengan bom penghancur bunker, namun belum ada verifikasi independen mengenai skala kerusakan yang terjadi.
Di sisi lain, Kepala CIA John Radcliffe menyatakan bahwa intelijen terbaru menunjukkan sejumlah fasilitas nuklir utama Iran hancur total dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dibangun kembali. Wakil Presiden JD Vance merespons isu pemindahan uranium dengan hati-hati dan menyatakan akan bekerja untuk menanganinya. Direktur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi mengungkapkan kehilangan visibilitas terhadap bahan nuklir Iran sejak permusuhan dimulai. Iran sendiri mengakui bahwa fasilitasnya rusak parah, namun tidak memberikan keterangan mengenai lokasi uranium yang disebutkan oleh laporan sebelumnya.