Serangan Israel dan Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran telah menciptakan ketegangan yang semakin meningkat dalam perdebatan tentang niat dan kemampuan Iran dalam program nuklirnya. Setelah serangan, Israel mengklaim telah membunuh pakar nuklir terkemuka Iran, namun masih ada ilmuwan lain yang tersisa dengan pengetahuan yang luas tentang teknologi nuklir. Tambang uranium Iran yang menjadi sumber bahan untuk senjata nuklir tampaknya tidak menjadi target serangan AS, namun Iran memiliki tambang tersebut yang dapat menghasilkan uranium yang cukup untuk memperdaya lebih dari 50 senjata.
Pengayaan uranium merupakan tahap sulit dalam pembuatan bom nuklir, dan Israel mengklaim menghancurkan sebagian besar alat sentrifugasi di Iran. Namun, Iran mengklaim memiliki fasilitas pengayaan rahasia lainnya. Persediaan uranium yang diperkaya Iran juga menjadi sorotan, dengan laporan yang menyatakan sebagian besar persediaan telah dipindahkan sebelum serangan. Iran juga memiliki fasilitas untuk mengubah uranium yang diperkaya menjadi logam padat, meskipun beberapa fasilitas tersebut mungkin telah dihancurkan oleh serangan.
Meski demikian, Iran kemungkinan tetap memiliki beberapa fasilitas rahasia yang tidak tersentuh oleh serangan, yang memungkinkannya untuk melanjutkan program nuklirnya. Meskipun ada hambatan teknologi yang dihadapi Iran, seperti mengecilkan senjata atau mengirimkannya ke jarak yang jauh, potensi uji coba peledakan senjata masih merupakan ancaman yang dapat menghalangi upaya pencegahan serangan militer di masa mendatang. Dengan demikian, tingkat kemunduran penuh dari program nuklir Iran dan dampak serangan tersebut masih menjadi subjek perdebatan yang berkepanjangan.