Berita  

Analisis Efek Purbaya & BI Rate: Buktinya Terlihat!

Perekonomian Indonesia mulai merasakan dampak dari kebijakan moneter dan fiskal yang digabungkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Tanda-tandanya terlihat di pasar keuangan, dengan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan peningkatan belanja negara guna mendorong konsumsi. Transaksi dana pemerintah senilai Rp 200 triliun dipindahkan ke lima bank milik negara, bersamaan dengan stimulus ekonomi paket stimulus 8+4+5. Selanjutnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebanyak lima kali menjadi 4,75% pada September 2025.

Pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh penurunan bunga dana dan kredit perbankan, meskipun efeknya membutuhkan waktu. Namun, pemotongan koridor bawah dan penyesuaian operasi moneter telah mendorong bank menurunkan suku bunga simpanan dengan lebih cepat. Penurunan suku bunga kredit sudah mulai terlihat, terutama untuk sektor prioritas seperti konstruksi dan perumahan, menunjukkan adanya transmisi ke sektor pembiayaan yang dituju.

Dampak dari segi fiskal juga terasa dengan dana pemerintah yang ditempatkan di bank-bank BUMN, menyebabkan pasokan likuiditas yang murah dan menekan kebutuhan rate deposito bank. Hal ini juga mempengaruhi pertumbuhan uang beredar dan transmisi ke sektor uang beredar yang mulai kuat. Meskipun penurunan suku bunga kredit masih terasa tipis, adanya sinyal bahwa suku bunga lebih rendah sudah mulai mencuat, terutama untuk kredit baru.

Secara keseluruhan, mekanisme transmisi kebijakan ekonomi diharapkan dapat merangsang konsumsi dan investasi, dengan dampak yang kemungkinan besar akan terasa pada 2026. Para ahli memperkirakan bahwa efek dari kombinasi kebijakan moneter dan fiskal akan mencapai puncak pada 2026, di mana pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat mencapai target pemerintah. Dengan berbagai langkah yang telah diambil, diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat terus meningkat menuju akhir tahun ini dan pada tahun-tahun mendatang.

Source link