Pada hari Kamis (18/9/2025), Amerika Serikat (AS) memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyerukan gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen di Gaza. PBB terus mendesak Israel untuk menghentikan sementara serangannya di Gaza guna memfasilitasi pengiriman bantuan ke wilayah Palestina tersebut. Rancangan resolusi juga meminta pembebasan segera, bermartabat, dan tanpa syarat semua sandera yang ditawan oleh Hamas dan kelompok lainnya.
Menyusul pemungutan suara, Duta Besar Denmark untuk PBB, Christina Markus Lassen, menegaskan bahwa kelaparan telah menimpa Gaza dan wilayah sekitarnya secara resmi. Amerika Serikat, dalam keputusan veto yang keenam kalinya, kembali melindungi Israel, sekutunya, di forum internasional tersebut.
Meskipun AS sebelumnya mendukung pernyataan Dewan Keamanan yang mengecam serangan terhadap Qatar tanpa menyebutkan kaitannya dengan Israel, langkah tersebut tidak berdampak pada perlindungan diplomatik yang kembali tersedia bagi Israel hari Kamis. Dalam suatu pertemuan di PBB, diplomat AS Morgan Ortagus menyatakan bahwa Hamas bertanggung jawab atas berlanjutnya konflik dan mempersiapkan kondisi untuk penyelesaian perang.
Israel sendiri merasa tidak puas dengan pernyataan Dewan Keamanan yang menyoroti serangan terhadap Qatar. Namun, perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu, direncanakan untuk bertemu dengan Presiden AS, Donald Trump, pada 29 September setelah memberikan pidato di Majelis Umum PBB. Pertemuan tingkat tinggi di PBB juga menyusul serangkaian pertemuan terkait situasi di Gaza. Serangan Hamas pada Oktober 2023, yang memicu perang di Gaza, menyebabkan korban jiwa dan kerusakan yang cukup tragis.
Dalam hal kerja sama dengan AS, Netanyahu menyatakan kenyamanannya karena tingkat koordinasi yang tinggi yang terjalin antara kedua negara.